Rabu, 22 Agustus 2018

Perbedaan Antara Reseller Dengan Dropshiper

Ternyata Ini Bedanya Bisnis Reseller dengan Dropship By Illiyin Putra - September 11, 2017 40823 0  Ternyata Ini Bedanya Bisnis Reseller dengan Dropship Tidak semua orang terlahir memiliki modal yang cukup untuk memulai bisnisnya. Tetapi masalahnya adalah menjadi pebisnis yang sukses merupakan salah satu impian beberapa orang. Lalu bagaimana dengan nasib kita semua yang ingin menggapai impian tersebut, tetapi tidak memiliki modal yang cukup untuk memulai bisnis? Bisnis yang sedang trend saat ini adalah bisnis online dengan sistem dropship dan reseller, keduanya sama-sama menjual kembali produk orang lain. Yang dimaksud dengan sistem dropship adalah sebuah teknik untuk pemasaran online dimana para pelaku bisnis toko online atau penjual tidak perlu menyimpan stok barang yang banyak, karena saat penjual mendapatkan orderan, maka penjual langsung meneruskan orderan dan detail pengiriman kepada produsen, distributor, atau supplier yang sudah bekerjasama dengannya. Sedangkan reseller adalah pelaku bisnis atau orang yang menjual kembali produk maupun jasa dari distributor, produsen, atau supplier yang sudah bekerjasama dengan pelaku bisnis tersebut. Berbeda dengan dropship, disini seorang reseller memiliki stok barang yang ingin ia jual kembali. Dari pengertian diatas, apakah Anda sudah mulai menemukan perbedaannya? Berikut perbedaan-perbedaan lainnya antara reseller dengan dropshipper: 1. Stok barang Hal ini yang menjadi perbedaan yang paling mendasar antara reseller dan dropshipper. Seorang reseller harus membeli barang sebagai stok dengan jumlah banyak kepada supplier. Pembelian dalam jumlah banyak dilakukan agar harga barang yang diperolehnya kompetitif sehingga margin atau selisih harga pembelian dengan harga penjualan yang didapat semakin besar. Sedangkan dropship tidak perlu memiliki stok barang, fokus dropship hanya mencari konsumen saja, dan saat ada orderan dari konsumen, dropshipper langsung meneruskan orderan dan detail pengiriman kepada supplier. 2. Modal Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, seorang reseller harus memiliki modal yang cukup untuk menyetok barang. Sedangkan seorang dropshipper hanya bermodalkan pulsa atau kuota internet saja, bisa dibilang seorang dropshipper tidak memerlukan modal sama sekali. 3. Strategi Pemasaran Seorang reseller dapat menawarkan barang secara langsung, karena reseller memiliki stok barang yang ingin dijual. Sedangkan dropshipper tidak demikian, karena dropshipper tidak memiliki stok barang. Seorang dropshipper dapat mempromosikan produknya lewat media sosial, website, grup chat, dan sebagainya. 4. Keuntungan Seorang reseller memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan dropshipper, karena ia memperoleh harga yang sangat kompetitif melalui pembelian jumlah banyak kepada supplier. Dari situ reseller bisa lebih leluasa untuk menjual barangnya dengan selisih yang lebih tinggi. Sehingga margin keuntungan yang diperolehnya semakin besar. 5. Risiko Seorang reseller memiliki tingkat risiko kerugian lebih tinggi daripada dropshipper karena ia menyimpan stok barang. Apabila barangnya tidak laku lagi dijual, maka reseller akan mengalami kerugian. Sedangkan dropshipper tidak akan mengalami kerugian karena tidak akan menanggung risiko barang yang tidak laku. Dilihat dari fokus pekerjaannya, seorang reseller bertugas mencari calon pembeli, mengurusi packing (pengemasan) barang, dan pengiriman barang. Sedangkan dropshipper tidak perlu repot dengan masalah packing dan pengiriman barang. Seorang dropshipper hanya bertugas memasarkan produk, mencari calon pembeli, dan menghubungi supplier jika ada orderan dari konsumen. Nah, bagaimana menurut Anda? Apakah Anda sudah siap menjalani bisnis online? Pilihlah yang cocok untuk Anda dengan menyesuaikan kapasitas Anda sebagai calon penjual online.

WhatsApp Akan Hapus Semua Data Obrolan

VIVA – Aplikasi pesan instan WhatsApp mengungkap bakal menghapus semua data obrolan, foto, dan video pengguna pada 12 November 2018. Perubahan sistem ini mengikuti kesepakatan antara WhatsApp dengan Google.  Mengutip situs Chroniclelive, Senin, 20 Agustus 2018, sistem baru ini nantinya tidak akan membebani Google Drive lagi. Sebagai kompensasi, Google juga setuju untuk membiarkan WhatsApp membuat cadangan akun tanpa mengambil tempat di ruang penyimpanan gratis tersebut. LIHAT JUGA Trik Gunakan Google Drive untuk Backup Data WhatsApp Status Pendiri WhatsApp Masih Karyawan Facebook, Tetap Digaji Lho Tak Mau Ketahuan Selingkuh, Pastikan Tombol di WhatsApp Ini Mati Bagi pengguna yang tidak memiliki akun Google Drive sampai dengan 12 November mendatang, dipastikan akan kehilangan semua datanya.  Data tersebut akan hilang sedari awal pengguna memakai aplikasi yang diakuisisi oleh Facebook pada 2014 ini. Meski demikian, Google merekomendasikan pengguna untuk secepatnya mencadangkan akun WhatsApp mereka secara manual. Pertama, pastikan Anda memiliki pengaturan Google Drive di ponsel. Kedua, pada aplikasi WhatsApp buka Menu, Pengaturan, Obrolan, lalu Chat Cadangan. Pilih 'Cadangkan' dan Anda akan secara otomatis melihat semuanya dicadangkan ke Google Drive.  Perhatikan bahwa sebagian besar akun WhatsApp akan di-setting hanya untuk mencadangkan data melalui wifi. Jadi, pastikan Anda terhubung sebelum Anda memulai. (ase)