Selasa, 04 September 2018

Belajar Bisnis Dari Khadijah (10)

Selamat Datang Khadijah Masa Kini Ada sebuah hadits yang ketika saya membacanya seperti hantaman kekaguman tersendiri terhadap sosok Khadijah yang membuat saya berpikir, bisakah aku meneladani beliau sepenuhnya? Ahmad dan Thabrani meriwayatkan dari Masruq dari Aisyah ra. “Hampir tidak pernah Rasulullah keluar rumah sehingga menyebut Khadijah dan memujinya. Pada suatu hari, Rasulullah menyebutnya sehingga menimbulkan kecemburuanku. Aku lalu katakan,”Bukankah ia hanya seorang tua yang Allah telah menggantinya untuk kakanda orang yang lebih baik darinya?”. Rasulullah lalu marah seraya bersabda, “Demi Allah, Allah tidak menggantikan untukku orang yang lebih baik darinya. Dia beriman ketika orang lain ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakanku, ia membela dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku, dan aku dikaruniai Allah anak darinya, sementara aku tidak dikaruniai anak sama sekali dari istri lainnya.” Sungguh, kecintaan Rasulullah pada Khadijah betul-betul rahmat tak terkira yang Allah berikan. Meskipun usia mereka terpaut 15 tahun dimana kala menikah Khadijah janda berusia 40 tahun sedangkan Muhammad pemuda berusia 25 tahun, namun dengan segenap ketulusan hati, Muhammad menerima Khadijah dan meminangnya. Kesetiaan serta pengorbana Khadijah tentunya menjadikan banyak pelajaran yang bisa diambil dari Muslimah masa kini. Namun, yang membuat hantaman besar melanda kita sebagai wanita ialah, bisakah kelak ketika kita menjadi istri yang dapat sepenuhnya mendukung suami kita dalam dakwahnya. Mencintainya atas dasar keimanan serta senantiasa menjaga keharmonisan juga memegang teguh syari’at islam, sementara masih banyak PR yang harus kita lakukan untuk menjadi muslimah secara kaffah. Bagaimana mungkin bisa mendukung dakwah, sementara kita seringkali merasa malas dalam beribadah dan sesekali kalah saat beradu batin dengan hawa nafsu. Ketika amanah berdatangan yang terkadang lantas membuat kita terlena dengan kewajiban-kewajiban kita yang lain. Saat teman dekat kita yang masih awam dengan islam kita biarkan begitu saja tanpa berusaha mencari cara untuk mereka agar mau kembali ke fitrah islam. Saat kita merasa sudah nyaman atas fasilitas yang sudah orang tua berikan yang membuat kita enggan berjuang lebih untuk masa depan. Masih pantaskah kita mengharapkan pasangan yang kita dambakan? Yang tentu saja perangainya senantiasa meneladani akhlak Rasulullah SAW. Sungguh ukhti, wanita adalah tiang agama, jika wanita rusak, maka rusaklah negara. Sudah banyak kasus yang melibatkan wanita sebagai objeknya. Lantas, apakah kita akan menjadi bagian darinya? Tentu tidak bukan? Kelak tugas kita adalah mendidik generasi-generasi rabbani yang akan membawa kembali kejayaan islam. Dan itu semua bisa kita lakukan dengan mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari sekarang. Mulailah menyempurnakan hijabmu, meski belum bisa sepenuhnya. Sadarilah posisimu bahwa kehormatanmu jauh lebih bernilai ketimbang hanya sekedar mendapatkan status sebagai “pasangan sementara” atau “pacar”. Milikilah cita untuk memasuki surgaNya dengan menaati segala perintahNya. Sungguh, Allah telah tetapkan siapa jodohmu kelak dan tugasmu ialah mempersiapkan diri sebelum ia datang menemuimu. Siap untuk menjadi muslimah pembangun peradaban?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar